Pagi ini (Rabu, 9/3/16) seluruh santri bersama para guru dan warga di
sekitar Pondok Pesantren Al-Manar, menunaikan sholat gerhana matahari total
(GMT) yang dilaksanakan pada pukul 07.26 hingga 08.29 WIB dengan imam sholat
ust. Anas Nugraha dan khotib ust. Hamdani.
Para santri dan seluruh jamaah
sholat gerhana sempat menyaksikan perubahan cuaca saat gerhana matahari total
tersebut terjadi. Cuaca yang diliputi mendung dan hujan gerimis saat GMT
terjadi benar-benar seperti di saat menjelang senja (maghrib) meskipun
berlangsung sekitar 2 menit saja.
Peristiwa alam yang selalu terjadi ini adalah sebagian kecil tanda-tanda
kekuasaan Allah yang patut kita sikapi dengan tepat yaitu dengan mewujudkannya
ke dalam bentuk takbir, istighfar (mohon ampun), sholat dan bersedekah.
Begitulah tuntunan agama mengajarkan pada kita.
Kita bisa mengambil contoh kongkrit peristiwa kauniyah Allah berupa gerhana
ini ketika anak Rasulullah Muhammad SAW dari istri hamba sahaya beliau yakni
Mariyah al-Qibtiyah, bernama Ibrahim yang saat itu meninggal dunia, demikian
kata khotib ust. Hamdani.
Di saat mayat sedang ada di dalam lahat dan tanah belum diurug/ditimbun,
tiba-tiba Rasulullah menengadah ke langit dan melihat terjadi gerhana matahari,
sekonyong-konyong Rasulullah keluar dari liang lahat dan menyuruh umat (para
sahabat beliau) untuk melaksanakan sholat gerhana matahari di saat itu juga.
Beliau bersama para sahabat lebih mengutamakan kejadian tersebut dengan
cara menegakkan sholat gerhana daripada menyelesaikan pemakaman anak kesayangan
beliau. Namun sayangnya sikap teladan Rasulullah tersebut banyak yang kurang
direspon oleh masyarakat muslim di zaman modern ini, lanjut ust. Hamdani dalam
isi khutbah.
Kebanyakan dari masyarakat muslim kita, lebih suka menonton kejadian alam ini seraya
bersuka ria daripada beristighfar, sholat dan bersedekah. Padahal gerhana itu
adalah detik-detik paling kritis antara 3 benda angkasa yang saling tarik
menarik, antara Matahari-Bulan-Bumi yang segaris lurus.
Jika saja terjadi pergeseran 1 detik saja, niscaya akan terjadilah tabrakan
dahsyat antara ketiga benda angkasa itu, yang di dalam salah satu benda angkasa
(bumi) terdapat umat manusia yang saat itu sedang bersuka ria. Tidakkah kita
semua berfikir sampai ke arah sana ?. Karena itu marilah kita senantiasa menyikapi
seluruh peristiwa kauniyah Allah ini dengan selalu meningkatkan keimanan dan
ketakwaaan kita. Demikian ust. Hamdani mengakhiri khutbahnya selama hampir 30
menit.
Selesai menunaikan sholat secara berjamaah, para santri, guru dan
masyarakat di sekitar pondok pesantren Al-Manar, menikmati makan bersama berupa
lontong sayur dan kue-kue hasil sedekah dari para jama’ah. Kegiatan semacam ini
sudah tidak asing lagi bagi seluruh santri, wali santri dan masyarakat Al-Manar. ***Tim Mading “Pesantrend”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Berikanlah Komentar Anda Disini Dengan Sopan dan Baik serta Tidak Melanggar UU ITE